Dibalik
indah yang mengemuka, ternyata masih saja ada tanya yang membelit maya. Tentang
senyumnya yang masih samar membasuh kepolosan, tentang diamnya yang kerap
menuipkan gerah praduga. Mungkin terlalu dini, untuk menyebut ini ‘keindahan’
yang mebahagiakan. ‘ keindahan’ yang masih serupa pelangi, mungkin itu lebih
masuk nalar.
Lalu, kau
hadir dengan pesona baru. Lugu sikapmu memasungkanku dalam debat rindu yang
mengusik ketenanganku. Tiba – tiba aku mulai ber-‘harap’ lagi. Ada debar
bahagia yang hadir. Saat syahdu sapa dan renyah tawamu membilas hariku yang
gerah. Aku semakin tak jengah, menunggu tanda darinya menjelma nyata. Ahhh…!!
Kuakui dan tak kuingkari. Hadirmu telah meniupkan napas kegelisahan yang tak surut mendakwa rinduku berjalan lurus ke rumah hatimu. Membawa serta setiap inci keindahan yang terpendar diujung ruang pengharapanku. Semua sesederhana kata luruh apa adanya. Meski mata tak saling bertatap, kalam batinku setia merapal doa untukmu. Hati – hati ya.. Tunggu aku esok lusa!