Jumat, 05 September 2014

tumben... senja....

Aku melihat senjaku kembali pulang. Di sela aku melangkah kian menjauh. Senjaku kembali menorehkan senyum kebahagiaan yang tak kunjung usai. Aku tergeletak, lemas. Daya ini serasa tertelan oleh semunya jingga. Terlentang di bawah runtuhan daun yang menguning pucat. Pikiranku terpenjarakan waktu. Waktuku, waktumu, waktu kita. Diamlah dalam setiap detik ilusi yang tak kunjung usai. Iya memang semuanya tidak pernah selesai. Apa karena raganya masih beberapa kilometer saja ? Dan bersiap menjadi seorang bersenjata api :)

Namun, ternyata obat penenang lebih manjur daripada semua senjata yang ada di dunia. Karena semua yang terucap itu membuat detak jantung gundah. Semua yang sebelumnya hanya sebuah ekspektasi belaka menjadi teman telinga, dan bahkan terkadang telinganya menutup dengan sendirinya. Karna menakutkan. Sudahlah.. diam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar